Selasa, 30 Mei 2017

Yang.. Sayangku

Diposting oleh Unknown di 12:35 AM 0 komentar
Yang.. sayangku Ingin rasanya kuteriakan sekeras mungkin Aku bosan memangil nama mu dengan lirih dalam setiap malam ku namun tetap tak ada jawabnya Teringat kisah indah kita bersama Teringat begitu romantisnya kita saling menjaga Berbagi merasakan suka duka berdua Hingga tanpa terasa ku tlah meneteskan airmata Yang.. sayangku Meski kau jauh berada, aku akan tetap setia Meski kau tlah melupakan, kau tetap akan slalu ku kenang Ku rindu saat kita menghabiskan waktu berdua Yang.. sayangku Apakah disana kau merasakannya juga? Masih ingatkah kenangan yg tlah kita lalui Lalu sudahkah kau menemukan pengganti ku?

Sabtu, 27 Mei 2017

Mungkinkan Ini Jawaban dalam Setiap Doa Ku?

Diposting oleh Unknown di 11:24 PM 0 komentar
Akhir dalam setiap sujud ku slalu berdoa Jika memang jodoh jagalah dia meski jauh disana Namun jika tidak, tunjukkan hal apa yg membuatnya menjadi tak layak Kemudian Tuhan memberitahu bahwa dia benar tak pantas untuk dipertahankan Diperlihatkannya kelakuanmu yg tak ku duga Di tunjukkannya sikap mu yg tak ku suka Kecewa, luka memang namun inilah jalan Tuhan. Beberapa hari ku berfikir, ku cerna matang-matang Namun makin hari Tuhan makin meyakinkan ku.

Jumat, 26 Mei 2017

Untuk Kau yang Sempat Hadir

Diposting oleh Unknown di 11:12 AM 0 komentar
Untuk kau yang sempat hadir.

Apa kabar? Sudah lama kita tak jumpa.
Jangankan berjumpa, saling sapa pun tidak.
Ooooppss,,mungkin bagimu belum lama ya.
Aku maklumi itu semua, aku hargai kehidupanmu.
Dan kau, entahlah masih peduli dengan hidupku atau tidak.

Mungkin kamu bertanya, kenapa aku menulis ini semua.
Jika kau mengira karena aku ingin mencuri perhatianmu, tentu tidak. Untuk apa?
Lalu jika kau mengira aku ingin mendramatisir keadaan, itupun tidak. Sama sekali tidak.
Aku menulis semua ini hanya karena rindu. Tak pernahkah kau merasakannya juga?
Ku harap kau pernah merindukanku walau hanya semalam saja.
Setidaknya kau mengingat bagaimana aku tertawa, lalu menangis.
Setidaknya kau mengingat bagaimana susahnya berusaha dan mudahnya menyerah.

Aku masih ingat betapa lucunya saat pertama kali melihatmu. Kita terlihat canggung lalu saling akrab sepulangnya.
Aku juga masih ingat betapa indahnya hujan kala itu, kau terus melajukan motor dengan cepat agar aku tidak lama terkena hujan.
Aku hanya bisa bersembunyi sambil mengeratkan pelukan dibalik punggungmu. Kau tidak tahu seberapa banyak aku tersenyum saat itu.
Dan yang ku ingat kau slalu berusaha membuat ku ceria sesaat sebelum jarak memisahkan kita, dan saat-saat itulah aku merasa wanita paling bahagia di dunia.
Kemudian berjanji saling setia, berbicara hingga aku tak kuasa menahan air mata.

Aku tidak peduli apakah aku cinta pertamamu atau bukan. Aku menyimpan memori dalam hidupmu atau tidak.
Yang aku tahu aku merasakannya, cukup aku.
Kau juga bukan kekasih pertama ku atau kedua. Tapi percayalah, kau membuatku mengenal banyak hal untuk pertama kalinya.

Untuk kau yang sempat hadir.

Maaf aku sempat membuat mu muak, marah hingga menjadi brutal.
Dengan sikapku yang suka membantah, sering mengeluh, banyak meminta, dan sering mendrama dengan sgala masalah.
Kau selalu mengingatkanku, dan lagi aku terlambat menyadarinya.
Aku tahu aku salah, tapi siapa peduli saat itu? Yang aku tau cinta itu menyakitkan ketika kau tidak ada, itu saja. bodoh? Ia sangat bodoh.
Kadang akupun hanya bersedih bila mengingatnya.
Perjalanan kita sangatlah tidak mudah ternyata.

Aku ingat, kita memulai dengan cara yang salah.
Entah aku, atau kau. Tapi aku tak ingin menyalahkan siapapun, karena untuk masalah perasaan semua orang akan merasa benar, meskipun penuh kebohongan dan ketidakpedulian.
Cukup aku saja yang tahu maksud semuanya.

Perjalanan memang terkadang membuatku terbang, lalu jatuh.
Dan terimakasih kau telah menjadi perjalanan ku.
Hidup kadang terasa manis, semanis martabak coklat kacang yg biasa kita beli. Tapi ada masanya hidup terasa pahit, sama seperti aku yang tidak sengaja meminum kopi tanpa gula.
Dan kamu telah menjadi keduanya di saat yang bersamaan.
Sekali lagi, terimakasih. Untuk pernah hadir lalu pergi. Dan untuk sempat memulai lalu mengakhiri.

Untuk kau yang sempat hadir.

Aku tadi bilang bahwa aku merindukanmu, tapi setelah aku menulis ini semua, aku tak lagi merasakannya.
Aku sedang tersenyum, percayalah aku bahagia.
Tak perlu aku yang merindukanmu lagi, tugasku sudah cukup.
Kini tugasku pergi lalu menghilang. Untuk tak saling mengenal akan lebih baik, mungkin?
Ahahaaaa... Aku becanda, aku tidak kekanak-kanakan lagi.
Aku hanya berharap aku dan kamu baik-baik saja.
Kita bahagia bersama meski dijalan yang berbeda.
Dan harapan terakhirku adalah suatu saat aku akan bertemu kamu dengan senyuman, tak ada lagi kecanggungan, lalu berbincang.
Dan aku akan mengenalkan seseorang padamu, begitupun sebaliknya.
Ia, seseorang yang aku kenalkan adalah orang yang membuatku tersenyum setelah kamu membuatku menangis.
Dan kamu mengenalkan seseorang yang kamu ajak tersenyum, ketika aku sedang menangis.

Untuk kau yang sempat hadir
*SHS
Aku merasa cukup, dan aku pergi.


Minggu, 07 Mei 2017

Terror Pria

Diposting oleh Unknown di 1:36 AM 0 komentar
Hidup sebagai perempuan d era modern ini bukanlah hal yang mudah
Sebagai anak termuda di tengah keluarga yang tak biasa
Mengapa pria begitu tak adil terhadap kebebasan wanita?
Entahlah pemikiran ku yg salah atau mereka yg slalu benar
Namun aku lelah, lelah dengan penjara tanpa jeruji ini
Aku ingin berkreasi, bermimpi stinggi2nya
Melakukan banyak hal, melihat dunia walau hanya sebagiannya saja

Terkadang aku bertanya
Ada apa dengan keluarga ku? Dengan ku? Juga dengan para pria?
Sebagai seorang yg lebih dewasa seharusnya kalian lebih bisa dipercaya

Teror itu slalu membuat hidupku tak bisa merasakan bahagia
Psikologi hampir tak kuasa
Aaaah jangan sampai aku menjadi manusia tak berguna
Setengah gila karna teror dari keluarga

Atau abaikan pria, kemudian bersama wanita lainnya?
Dunia ku memang sudah hampir gila.

Kamis, 22 September 2016

Langakah Kita Terhenti

Diposting oleh Unknown di 9:44 PM 0 komentar
Berbulan-bulan kita bersama, suka duka terjalani.
Dan akhirnya kini satu persatu mimpi yang kita impikan tidak kita dapatkan.
Ini bukan karena ketidakpandaian atau kelemahanku, melainkan karena langkah kaki kita yang selalu melangkaj tak bersama untuk maju ke depan.
Ingatlah, meski mimpi kita saat ini tlah hilang, namun janganlah selalu menilai ini kesalahan sepihak,
ini adalah kesalahan kita. Kita yang tak mampu mempertahankan hubungan untuk meraih impian kita.
Sebuah kisah yang telah kita lewati bersama itu tidak akan ku sesal,
melainkan akan ku jadikan pelajaran untuk melangkah kedepan meski dengan kaki yang berbeda.

Kamis, 09 Juli 2015

Dear future my husband

Diposting oleh Unknown di 5:36 AM 0 komentar

Bu..., Calon Isteriku Gak Bisa Masak--

Di Subuh yang dingin...ku dapati Ibu sudah sibuk memasak di dapur.


"Ibu masak apa? Bisa ku bantu?"


"Ini masak gurame goreng. Sama sambal tomat kesukaan Bapak" sahutnya.


"Alhamdulillah.. mantab pasti.. Eh Bu.. calon istriku kayaknya dia tidak bisa masak loh..."


"Iya terus kenapa..?" Sahut Ibu.


"Ya tidak kenapa-kenapa sih Bu.. hanya cerita saja, biar Ibu tak kecewa, hehehe"


"Apa kamu pikir bahwa memasak, mencuci, menyapu, mengurus rumah dan lain lain itu kewajiban Wanita?"


Aku menatap Ibu dengan tak paham.


Lalu beliau melanjutkan, "Ketahuilah Nak, itu semua adalah kewajiban Lelaki. Kewajiban kamu nanti kalau sudah beristri." katanya sambil menyentil hidungku.


"Lho, bukankah Ibu setiap hari melakukannya?"


Aku masih tak paham juga.


"Kewajiban Istri adalah taat dan mencari ridho Suami." kata Ibu.


"Karena Bapakmu mungkin tidak bisa mengurusi rumah, maka Ibu bantu mengurusi semuanya. Bukan atas nama kewajiban, tetapi sebagai wujud cinta dan juga wujud Istri yang mencari ridho Suaminya"


Saya makin bingung Bu.


"Baik, anandaku sayang. Ini ilmu buat kamu yang mau menikah."


Beliau berbalik menatap mataku.


"Menurutmu, pengertian nafkah itu seperti apa? Bukankah kewajiban Lelaki untuk menafkahi Istri? Baik itu sandang, pangan, dan papan?" tanya Ibu.


"Iya tentu saja Bu.."


"Pakaian yang bersih adalah nafkah. Sehingga mencuci adalah kewajiban Suami. Makanan adalah nafkah. Maka kalau masih berupa beras, itu masih setengah nafkah. Karena belum bisa di makan. Sehingga memasak adalah kewajiban Suami. Lalu menyiapkan rumah tinggal adalah kewajiban Suami. Sehingga kebersihan rumah adalah kewajiban Suami."


Mataku membelalak mendengar uraian Bundaku yang cerdas dan kebanggaanku ini.


"Waaaaah.. sampai segitunya bu..? Lalu jika itu semua kewajiban Suami. Kenapa Ibu tetap melakukan itu semuanya tanpa menuntut Bapak sekalipun?"


"Karena Ibu juga seorang Istri yang mencari ridho dari Suaminya. Ibu juga mencari pahala agar selamat di akhirat sana. Karena Ibu mencintai Ayahmu, mana mungkin Ibu tega menyuruh Ayahmu melakukan semuanya. Jika Ayahmu berpunya mungkin pembantu bisa jadi solusi. Tapi jika belum ada, ini adalah ladang pahala untuk Ibu."


Aku hanya diam terpesona.


"Pernah dengar cerita Fatimah yang meminta pembantu kepada Ayahandanya, Nabi, karena tangannya lebam menumbuk tepung? Tapi Nabi tidak memberinya. Atau pernah dengar juga saat Umar bin Khatab diomeli Istrinya? Umar diam saja karena beliau tahu betul bahwa wanita kecintaannya sudah melakukan tugas macam-macam yang sebenarnya itu bukanlah tugas si Istri."


"Iya Buu..."


Aku mulai paham,

"Jadi Laki-Laki selama ini salah sangka ya Bu, seharusnya setiap Lelaki berterimakasih pada Istrinya. Lebih sayang dan lebih menghormati jerih payah Istri."


Ibuku tersenyum.


"Eh. Pertanyaanku lagi Bu, kenapa Ibu tetap mau melakukan semuanya padahal itu bukan kewajiban Ibu?"


"Menikah bukan hanya soal menuntut hak kita, Nak. Istri menuntut Suami, atau sebaliknya. Tapi banyak hal lain. Menurunkan ego. Menjaga keharmonisan. Mau sama mengalah. Kerja sama. Kasih sayang. Cinta. Dan Persahabatan. Menikah itu perlombaan untuk berusaha melakukan yang terbaik satu sama lain. Yang Wanita sebaik mungkin membantu Suaminya. Yang Lelaki sebaik mungkin membantu Istrinya. Toh impiannya rumah tangga sampai Surga"


"MasyaAllah.... eeh kalo calon istriku tahu hal ini lalu dia jadi malas ngapa-ngapain, gimana Bu?"


"Wanita beragama yang baik tentu tahu bahwa ia harus mencari keridhoan Suaminya. Sehingga tidak mungkin setega itu. Sedang Lelaki beragama yang baik tentu juga tahu bahwa Istrinya telah banyak membantu. Sehingga tidak ada cara lain selain lebih mencintainya."

Senin, 25 Mei 2015

Kemana Langkah Ku?

Diposting oleh Unknown di 3:25 AM 0 komentar
mata ini enggan terpejam
pikiran melayang tak karuan rasa hati
kejadian tahun lalu kini terulang meski dgn orng yg berbeda
entah kebetulan atau sebuah kutukan
lalu harus jadi apa lagi aku ini?

aku tak tahu kemana tujuan ku
haruskah aku melangkah kedepan atau aku menoleh k belakang.
entahlah..
otak dan hati ini beradu
logika dan perasaan sedang berperang
aku pun rentan, rapuh dan tak kuat jika harus berlama2 dalam kepenatan ini
 

Kata Hati Kisah Hidup Template by Ipietoon Blogger Template | Gadget Review